BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan keseharian kita tidak akan
pernah terlepas dari kegiatan komunikasi bahkan hampir seluruh waktu yang kita
habiskan adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Manusia
sebagai pribadi maupun makhluk social akan saling berkomunikasi dan saling
mempengaruhi satu sama lain dalam hubungan yang beraneka ragam, dengan gaya dan
cara yang berbeda pula. Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antar
manusia.Interaksi manusia baik antara perorangan, kelompok maupun organisasi
tidak mungkin terjadi tanpa komunikasi. Begitupun dalam interaksi keluarga, baik antar
pribadi anggota keluarga, orang tua dengan anak maupun dengan keluarga yang
lain sebagai perorangan , kelompok maupun sebagai keluarga itu sendiri.
Seberapa
jauh komunikasi berperan penting dalam kehidupan manusia dan waktu yang
diluangkan dalam proses komunikasi sangat besar, timbul pertanyaan berapa
banyak waktu yang digunakan dalam proses komunikasi di dalam keseharian. Adapun
bentuk kegiatan komunikasi yang digunakan untuk menulis, untuk membaca, dan
untuk berbicara serta untuk mendengarkan orang lain berbicara, Hal tersebut
membuktikan bahwa komunikasi sangat memiliki peran yang penting dalam kehidupan
sosial manusia, dengan kata lain komunikasi telah menjadi jantung dari
kehidupan kita.
Komunikasi amat berperan penting dalam
menjelaskan segala sesuatunya, banyak orang yang salah memahami makna pesan
yang di sampaikan akibat pola komunikasi yang salah. Keluarga adalah lingkungan
terkecil dan terdekat bagi individu. Melalui keluarga seseorang mulai belajar,
bersosialisasi, membentuk karakter, dan mengembangkan nilai-nilai yang telah
ditanamkan padanya melalui suatu pola tertentu.
Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang
terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga
untuk berinteraksi dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam
membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup.
Agar anak dapat menjalani hidupnya ketika berada dalam lingkungan masyarakat,
apa yang terjadi jika sebuah pola komunikasi keluarga tidak terjadi secara
harmonis tentu akan mempengaruhi perkembangan anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Komunikasi adalah
suatu proses penyampaian ide,perasaan dan pikiran antara dua orang atau lebih
sehingga terjadi perubahan sikap dan tingkah laku bagi semua yang saling
berkomunikasi.
Keluarga
merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan
menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya.
Pada dasaranya keluarga itu adalah sebuah komunitas
dalam “satu atap”. Kesadaran untuk hidup bersama dalam satu atap sebagai suami
istri dan saling interaksi dan berpotensi punya anak akhirnya membentuk
komunikasi baru yang disebut keluarga. Karenanya keluargapun dapat diberi
batasan sebagai sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan
wanita perhubungan mana sedikit banyak bertahan lama untuk
menciptakan dan membesarkan anak-anak.
Pengertian keluarga menurut Noor (1983) adalah suatu
unit atau lingkungan masyarakat yang paling kecil atau merupakan masyarakat
yang paling bawah dari satu lingkungan negara. Posisi keluarga atau rumah
tangga ini sangat sentral seperti diungkapkan oleh Aristoteles (dalam Noor,
1983) bahwa keluarga rumah tangga adalah dasar pembinaan negara. Dari beberapa
keluarga rumah tangga berdirilah suatu kampung kemudian berdiri suatu kota.
Dari beberapa kota berdiri daru propinsi, dan dari beberapa propinsi
berdiridatu negara.
Menurut Rae
Sedwig (1985), Komunikasi Keluarga adalah suatu pengorganisasian yang
menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan
untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi
pengertian.
Komunikasi
dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan dengan
terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak
menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan
pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan.
B. Ciri-Ciri Komunikasi Keluarga
Menurut Kumar (Wijaya,1987) ciri-ciri komunikasi dalam
keluarga adalah sebagai berikut:
a. Keterbukaan (openess)
Keterbukaan adalah sejauh mana
individu memiliki keinginan untuk terbuka dengan orang lain dalam berinteraksi.
Keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi memungkinkan perilakunya dapat
memberikan tanggapan secara jelas terhadap segala pikiran dan perasaan yang
diungkapkannya.
b. Empati (Empathy)
Empaty
adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan orang
lain, tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan ataupun tanggapan orang
tersebut.
c. Dukungan
Adanya
dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dalam melakukan aktivitas
serta meraih tujuan yang diinginkan. Dukungan ini lebih diharapkan dari orang
terdekat yaitu, keluarga.
d.
Perasaan Positif (Positiveness)
Perasaan yaitu dimana individu
mempunyai perasaan positif terhadap apa yang sudah dikatakan orang lain
terhadap dirinya.
e.
Kesamaan (Equality)
kesamaan disini dimaksudkan individu
mempunyai kesamaan dengan orang lain dalam hal berbicara dan mendengarkan.
C.
Bentuk-Bentuk Komunikasi dalam Keluarga
a. Komunikasi orang tua yaitu
suami-istri
Komunikasi orang tua yaitu suami
istri disini lebih menekankan pada peran penting suami istri sebagai penentu
suasana dalam keluarga. Keluarga dengan anggota keluarga (ayah, ibu, anak).
b. Komunikasi orang tua dan anak
Komunikasi
yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan keluarga di mana
orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anaknya. Hubungan yang terjalin
antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman
bersama terhadap sesuatu hal di mana antara orang tua dan anak berhak
menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat. Hubungan komunikasi
yang efektif ini terjalin karena adanya rasa keterbukaan, empati, dukungan,
perasaan positif, kesamaan antara orang tua dan anak.
c. Komunikasi ayah dan anak
Komunikasi
disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap anak. Peran ayah dalam memberi informasi
dan mengarahkan pada hal pengambilan keputusan pada anak yang peran
komunikasinya cenderung meminta dan menerima. Misal, memilih sekolah.
Komunikasi ibu dan anak Lebih bersifat pengasuhan kecenderungan anak untuk
berhubungan dengan ibu jika anak merasa kurang sehat, sedih, maka peran ibu
lebih menonjol.
d. Komunikasi anak dan anak yang lainnya
Komunikasi
ini terjadi antara anak 1 dengan anak yang lain. Dimana anak yang lebih tua
lebih berperan sebagai pembimbing pada anak yang masih muda. Biasanya
dipengaruhi oleh tingkatan usia atau faktor kelahiran.
D. Pola Komunikasi dan Interaksi dalam Keluarga
Komunikasi
merupakan suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga. Tanpa
komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara, berdialog,
bertukar pikiran dan sebagainya. Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota –
anggota keluarga pun sukar untuk dihindari.Beberapa
pola komunikasi yang dilakukan dalam Interaksi keluarga :
Ø
Model stimulus – respons (S-R)
Pola ini
menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses “aksi – reaksi” yang sangat
sederhana. Pola S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan –tulisan)
isyarat-isyarat nonversal, gambar-gambar dantindakan-tindakan tertentu akan
merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu. Oleh
karena itu, proses ini dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan informasi
atau gagasan, proses ini bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek.
Ø
Model Interaksional
Model
Interaksional ini berlawanan dengan model S-R. Sementara model S-R
mengasumsikan manusia adalah pasif, model interaksional menganggap manusia jauh
lebih aktif. Komunikasi di sini digambarkan sebagai pembentukan makna yaitu
penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi.
Berapa konsep penting yang digunakan adalah diri sendiri, diri orang lain,
simbol, makna, penafsiran, dan tindakan.
Ø
Hubungan antar peran
Komunikasi dalam keluarga dapat pula dipengaruhi oleh
pola hubungan antar peran hal ini, disebabkan masing-masing peran yang ada
dalam keluarga dilaksanakan melalui komunikasi.
Ø
Model ABX
Pola
komunikasi lainnya yang juga sering terjadi dalam komunikasi antara anggota
keluarga adalah model ABX yang dikemukakan oleh Newcomb dari perspektif
psikologi-sosial. Newcomb menggambarkan bahwa seseorang (A) menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya (B) mengenai
sesuatu (X).
E. Aneka Komunikasi dalam Keluarga
1) Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah suatu kegiatan komunikasi
antara individu atau kelompok yang mempergunakan bahasa sebagai alat
perhubungan efektif tidaknya suatu kegiatan komunikasi bergantung dari
ketepatan kata-kata atau kalimat dalam mengungkapkan sesuatu. Kegiatan komunikasi verbal menempati frekuensi terbanyak dalam keluarga
setiap hari orang tua selalu ingin berbincang-bincang kepada anaknya., canda
dan tawa menyertai dialog antara orang tua dan anak.
2) Komunikasi non verbal
Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga tidak hanya
dalam bentuk verbal, tetapi juga dalam bentuk nonverbal. Walaupun begitu,
komunikasi nonverbal suatu ketika bisa berfungsi sebagai penguat komunikasi
verbal. Fungsi komunikasi verbal sangat terasa jika, komunikasi yang dilakukan
secara verbal tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara jelas.
3) Komunikasi Individual
Komunikasi individual atau komunikasi interpersonal
adalah komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga. Komunikasi yang terjadi
berlangsung dalam sebuah interaksi antarpribadi, antara suami dan istri, antara
ayah dan anak, antara ibu dan anak, antar anak dan anak.
4) Komunikasi kelompok
Hubungan akrab antara orang tua dan anak sangat
penting untuk dibina dalam keluarga keakraban hubungan itu dapat dilihat dari
frekuensi pertemuan antara orang tua dan anak dalam suatu waktu dan kesempatan.
Sudah waktunya orang tua meluangkan waktu
dan kesempatan untuk duduk
bersama dengan anak-anak, berbicara, berdialog dalam suasana santai.
F. Tahap-Tahap Perkembangan Komunikasi Keluarga
a)
Keluarga dengan anak – anak
prasekolah
Pada tahap ini dari lahir hingga usia 6 tahun, anak – anak
ada pada tahun puncak untuk mempelajari bahasa. Kemampuan berbahasa terutama
diperoleh dari keluarga khususnya dari interaksi anatara anak dan pengasuh
utama, ibunya. Anak – anak memulai kemampuan berbahasa dengan menggunakan kata
– kata tunggal. Anatara usia 18 – 24 bulan, ungkapan – ungkapan dua kata
muncul. Menjelangn usia 3 tahun anak- anak menguasai kira – kira seribu kata,
dan mulai usia 4-5 tahun mereka memperoleh kira-kira 50 kata setiap bulan.
b)
Keluarga dengan anak – anak usia
sekolah
Anak – anak semakin mengalami kebebasan sejalan dengan
pertambahan usia. Mereka memperoleh pengaruh tidak hanya lewat komunikasi
keluarga yang masih merupakan kekuatan dominan, tapi juga lewat komunikasi
dengan pihak – pihak di luar keluarga. Dua dimensi komunikasi orang tua-anak
menjadi penting ; penerimaan – penolakan dan kontrol otonomi.
c)
Keluarga dengan anak – anak remaja
Tahap ini cenderung ditandai dengan bertambahnya
konflik sehubungan dengan bertambahya kebebasan anak – anak. Masalah – masalah
otonomi dan kontrol menjadi sangat tajam pada tahun –tahun ini. Anak – anak
remaja mulai mengalihkan komunikasi dari komunikasi keluarga kepada komunikasi
dengan teman- teman sebaya. Karena perubahan – perubahan fisiologis dan psikologis yang dialami
remaja, topik –topik tertentu menjadi perhatian mereka. Pendeknya, usia remaja
merupakan tantangan terbesar bagi komunikasi keluarga. Bila orang tua dan anak
dapat mengatasi badai, komunikasi selanjutnya akan lebih lancar. Selanjutnya
dapat disimpulkan dengan pertambahan usia, hubungan kita dengan saudara-
saudara kandung tetap penting.
G. Teknik Komunikasi Efektif dalam Keluarga
Ada lima hal yang harus diperhatikan
agar komunikasi di dalam keluarga tercipta secara efektif,yaitu:
v Respek
Komunikasi harus diawali dengan sikap saling menghargai (respectfull attitude). Adanya penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa (timbal balik) dari si lawan diskusi. Orangtua akan sukses berkomunikasi dengan anak bila ia melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka anak pun akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan orangtua atau orang di sekitanya.
Komunikasi harus diawali dengan sikap saling menghargai (respectfull attitude). Adanya penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa (timbal balik) dari si lawan diskusi. Orangtua akan sukses berkomunikasi dengan anak bila ia melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka anak pun akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan orangtua atau orang di sekitanya.
v Empati
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan dimengerti orang lain.
Orangtua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk mengerti keinginannya, tapi ia akan berusaha memahami anak atau pasangannya terlebih dulu. Ia akan membuka dialog dengan mereka, mendengar keluhan dan harapannya. Mendengarkan di sini tidak hanya melibatkan indra saja, tapi melibatkan pula mata hati dan perasaan. Cara seperti ini dapat memunculkan rasa saling percaya dan keterbukaan dalam keluarga.
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan dimengerti orang lain.
Orangtua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk mengerti keinginannya, tapi ia akan berusaha memahami anak atau pasangannya terlebih dulu. Ia akan membuka dialog dengan mereka, mendengar keluhan dan harapannya. Mendengarkan di sini tidak hanya melibatkan indra saja, tapi melibatkan pula mata hati dan perasaan. Cara seperti ini dapat memunculkan rasa saling percaya dan keterbukaan dalam keluarga.
v Audibel
Audibel berarti “dapat didengarkan” atau bisa dimengerti dengan baik. Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan, atau cara menunjuk, termasuk ke dalam komunikasi yang audibel ini.
Audibel berarti “dapat didengarkan” atau bisa dimengerti dengan baik. Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan, atau cara menunjuk, termasuk ke dalam komunikasi yang audibel ini.
v Jelas
Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi
dengan anak, orangtua harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka pahami (melihat tingkatan usia).
Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi
dengan anak, orangtua harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka pahami (melihat tingkatan usia).
v Tepat
Dalam membahas suatu masalah hendaknya proporsi yang diberikan tepat baik waktunya, tema maupun sasarannya. Waktu yang tepat untuk membicarakan masalah anak misalnya pada waktu makan malam. Pada waktu sarapan pagi, karena ketergesaan maka yang dibicarakan umumnya masalah yang ringan saja.
Dalam membahas suatu masalah hendaknya proporsi yang diberikan tepat baik waktunya, tema maupun sasarannya. Waktu yang tepat untuk membicarakan masalah anak misalnya pada waktu makan malam. Pada waktu sarapan pagi, karena ketergesaan maka yang dibicarakan umumnya masalah yang ringan saja.
v Rendah Hati
Sikap
rendah hati dapat diungkapkan melalui perlakuan yang ramah, saling menghargai,
tidak memandang diri sendiri lebih unggul ataupun lebih tahu, lemah lembut,
sopan, dan penuh pengendalian diri. Dengan sikap rendah hati ini maka laaawaaan
diskusi kita memjadi lebih terbuka, sehingga banyak hal yang dapat diungkapkan
dari diskusi tersebut.
H. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Keluarga
Berkomunikasi itu tidak mudah.
Terkadang seseorang dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang lain. Dilain
waktu seseorang mengeluh tidak dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang lain.
Ada sejumlah faktor-faktor yang
mempengaruhi komunikasi dalam keluarga, seperti yang akan di uraikan
berikut ini :
Ø
Citra diri dan citra orang lain
Setiap orang mempunyai gambaran – gambaran tertentu
mengenai dirinya statusnya, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah yang
menentukan apa dan bagaimana ia berbicara, menjadi menjaring bagi apa yang
dilihatnya, didengarnya, bagaimana penilaiannya terhadap segala yang
berlangsung disekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi dan
persepsi orang.
Tidak hanya citra diri, citra orang
lain juga mempengaruhi cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Orang lain
mempunyai gambaran khas bagi dirinya.
Jika seorang ayah mencitrakan anaknya sebagai manusia yang lemah, ingusan, tak
tahu apa-apa, harus di atur, maka ia berbicara secara otoriter. Akhirnya, citra
diri dan citra orang lain harus saling berkaitan, saling lengkap-melengkapai.
Perpaduan kedua citra itu menentukan gaya dancara komunikasi.
Ø
Suasana Psikologis
Suasana Psikologis di akui mempengaruhi komunikasi.
Komunikasi sulit berlangsung bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung,
marah, merasa kecewa, merasa irihati, diliputi prasangka, dan suasana
psikologis lainnya.
Ø
Lingkungan Fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan
saja, dengan gaya, dan cara yang berbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam
keluarga berbeda dengan yang terjadi di sekolah. Karena memang kedua lingkungan
ini berbeda. Suasana di rumah bersifat informal, sedangkan suasana di sekolah
bersifat formal. Demikian juga komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat.
Karena setiap masyarakat memiliki norma yang harus diataati, maka komunikasi
yang berlangsungpun harus taat norma.
Ø
Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang
sangat penting dan strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh
pola kepemimpinan. Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola
komunikasi bagaimana yang akan berproses dalam kehidupan yang membentuk
hubungan-hubungan tersebut.
Ø
Bahasa
Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti
menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan sesuatu. Pada suatu
kesempatan bahasa yang dipergunakan oleh orang tua ketika secara kepada anaknya
dapat mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Tetapi dilain
kesempatan, bahasa yang digunakan itu tidak mampu mewakili suatu objek yang
dibicarakan secara tepat. Maka dari itu dalam berkomunikasi dituntut untuk
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti antara komunikator dan komunikasi.
Ø
Perbedaan Usia
Komunikasi dipengaruhi oleh usia.
Itu berarti setiap orang tidak bisa berbicara sekehendak hati tanpa
memperhatikan siapa yang diajak bicara. Berbicara kepada anak kecil berbeda
ketika berbicara kepada remaja. Mereka mempunyai dunia masing-masing yang harus
dipahami.
I. Hambatan
Komunikasi dalam Keluarga
Problem
komunikasi biasanya merupakan suatu gejala bahwa ada sesuatu yang tidak
beres.Hambatan komunikasi ada yang berasal dari pengirim, transmisi dan
penerima. Berbagai hambatan yang timbul dalam komunikasi, yaitu :
v Kebisingan
v Keadaan psikologis komunikan
v Kekurangan komunikator atau komunikan
v Kesalahan penilaian oleh komunikator
v Keterbatasan pengetahuan komunikator atau komunikan
v Bahasa
v Isi pesan berlebihan
v Bersifat satu arah
v Faktor teknis
v Kepentingan atau interes
v Prasangka
v Cara penyajian yang verbalistis
Untuk mengatasi
hambatan tersebut di atas, dapat ditanggulangi dengan cara sebagai berikut
:
1. Mengecek arti dan maksud yang dikatakan
2. Meminta penjelasan lebih lanjut
3. Mengecek umpan balik atau hasil
4. Mengulang pesan yang disampaikan
5. Memperkuat dengan bahasa isyarat
6. Mengakrabkan pengirim dan penerima
7. Membuat pesan selalu singkat
8. Mengurangi banyaknya mata rantai
9. Menggunakan orientasi penerima
J.
Peran Perawat dalam Memberikan Asuahan Perawatan Keluarga
Dalam
memberikan asuhan perawatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat dilakukan
oleh perawat antara lain:
a. Pemberian
asuhan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
b. Pengenal
atau pengamat masalah kebutuhan kesehatan keluarga
c. Koordinator
pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga
d. Fasilitator,
menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan perawat mudah dapat
menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dan membantu mencarikan jalan
pemecahannya
e. Pendidikan
kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku
keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku yang sehat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ø Komunikasi
keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam
sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk
berinteraksi dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk
dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup.
Ø Tujuan
komunikasi dalam interaksi keluarga ditinjau dari
kepentingan orang tua adalah untuk memberikan informasi, nasihat,mendidik dan
menyenangkan anak-anak.Sedangkan anak
berkomunikasi dengan orang tua adalah untuk mendapatkan saran, nasihat, masukan
atau dalam memberikan respon dari pertanyaan orang tua.
Ø Faktor-faktor
yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga adalah :
-
Citra diri dan citra orang lain
-
Suasana psikologis
-
Lingkungan fisik
-
Bahasa
-
perbedaan Usia
DAFTAR
PUSTAKA
Muwarni,anita.(2009).Komunikasi
terapeutik panduan bagi keperawatan.
Fitramaya:yogyakarta
http://wordpress.com/2011/06/03/dampak-kurangnya-komunikasi-dlm-keluarga/
http://blessedday4us.wordpress.com/2010/06/04/komunikasi-dalam-keluarga/
minta references sis
BalasHapusminta references nya mbak
BalasHapusYour article is very good.
BalasHapusKeep working with new articles.
Nanda Care Plan
Nursing Care Plan
Very useful article.
BalasHapusI enjoyed reading your article.
NCP Nanda